Lebih dari 2 bulan ini aktivitasku bertambah dan cukup menarik aku jalani. Semenjak pertengahan Agustus yang lalu, saya memberanikan diri memelihara bebek sekedar untuk membuka insting jualanku kembali. Sudah dua bulan lamanya juga saya harus merelakan begitu banyak waktu-waktu yang biasanya banyak digunakan untuk tidur atau sekedar meluruskan kaki, berganti menjadi aktivitas dikandang dengan segala tetek bengek-nya.
Ketika awal ratusan bebek datang, sebagai orang yang bergelar Sarjana Peternakan ini sungguh terlihat betapa bodoh dan tidak kompeten-nya dalam dalam menjalani bidang ilmu yang digeluti-nya dahulu. Mengapa? Tidak lain dan tidak bukan adalah terkait bagaimana pemenuhan kebutuhan pakan hewan-hewan yang sampai hari ini masih setia saya pelihara ini. Meskipun, sebenarnya bukan karena ketidaktahuan saya, melainkan kerena ketidakmampuan dompet yang harus keluar dalam jumlah yang fantastis apabila berharap bebek-bebek itu dapat tumbuh sebagaimana mestinya.
Lebih dari 2 bulan ini aktivitasku bertambah dan cukup menarik aku jalani. Semenjak pertengahan Agustus yang lalu, saya memberanikan diri memelihara bebek sekedar untuk membuka insting jualanku kembali. Sudah dua bulan lamanya juga saya harus merelakan begitu banyak waktu-waktu yang biasanya banyak digunakan untuk tidur atau sekedar meluruskan kaki, berganti menjadi aktivitas dikandang dengan segala tetek bengek-nya.
Beberapa hari setelah bebek resmi saya rawat, saya harus menambah jadwal agenda harian menjadi pecahan-pecahan lain yang belum pernah saya jalani. Sebut saja, memotong bebek, ngarkas, datangi warung satu ke warung lainnya, dan yang paling mengesankan adalah meminta sampah makanan atau harus mengambil sampah-sampah sayur di pasar banyumanik yang jaraknya lumayan jauh dari kandang bebek-bebek yang saya pelihara.
Kali ini, dua bulan sudah terlewati. Aktivitas-aktivitas yang dulu seakan menyita banyak sekali waktuku ini sudah semakin ringan dijalani, bahkan beberapa sudah bisa saya akali agar tidak terlalu membebani. Namun, kondisi-kondisi ini tidak serta merta terjadi. Beragam kisah unik yang sebenarnya ingin aku tulis sejak dulu, namun baru kali ini sepenggal cerita ini saya abadikan. Begini ceritanya :
Sebut saja waktu itu hari Jum’at. Sekitar jam 9 malam, saya mampir di sebuah rumah makan Padang didaerah bulusan (dekat kost saya). Kala itu, terlintas di benak saya untuk meminta sampah-sampah dari rumah makan padang tersebut sebagai tambahan pakan buat bebek-bebek-ku di kandang. Sampai pada akhirnya, terjadilah percakapan antara saya dengan salah satu pengelola rumah makan padang tersebut bahwa saya boleh mengambil sampah ampas kelapa di sana ketika pagi hari mulai hari minggu jam 05.30.
Minggu pagi, tanpa banyak basa-basi,aktivitas pagiku bertambah menjadi sebuah kunjungan rutin ke rumah makan padang tersebut untuk mengambil sisa ampas kelapa yang mereka gunakan untuk membuat menu di rumah makan mereka. Seperti yang kita tahu, bulan-bulan ini matahari sepertinya memang terlalu cepat keluar. Sehingga, jam 5 pagi juga sudah tak lagi gelap. Aku keluar dengan ringannya membawa sepeda motorku menuju rumah makan padang tersebut dan mencoba mencari karyawan atau pemilik RM. Padang tersebut. Namun,berkali-kali saya panggil tidak juga kunjung keluar dari dalam rumah yang waktu itu pintunya terbuka.
setelah menunggu beberapa lama tidak juga kunjung keluar, mataku tertuju pada dua kantong plastik di meja depan rumah makan padang tersebut yang ternyata berisi parutan kelapa. Tidak menunggu lama, saya langsung mengambil kantong-kantong plastik tersebut dan menuju kandang untuk melanjutkan aktivitasku yang lain di kandang.
Senin pagi selepas aktivitasku di kontrakan, saya kembali menuju warung makan tersebut dan berniat kembali mengambil sampah sebagiamana kemaren. Kedatanganku disambut ibu-ibu yang sepertinya pemilik warung makan padang tersebut dan terjadilah percakapan antara saya dan beliau perihal rencana saya mengambil ampas kelapa di rumah padang tersebut sebagaimana kemarin.
Betapa kagetnya saya, ketika beliau mengatakan “O, ternyata kamu yang ngambil parutan kelapa kemaren?. Kita kemaren kehilangan kelapa 10 kg di meja ini.” Hingga ujung dari cerita ini adalah saya mengganti 2 kantong parutan kelapa yang perkilonya Rp 10.000,00, dengan lembaran merah dari dompetku. Harga yang terlalu mahal untuk 2 kantong sampah buatku. Beruntung, komunikasi kita berjalan baik sampai akhirnya hingga hari ini srtiap pagi saya masih bisa silaturahim kesana meski hanya sekedar mengambil sampah-sampah nasi yang khusus mereka siapkan untuk saya.
Hidup memang warna-warni, tinggal bagaimana kita mewarnainya dan mengisi dengan cerita seperti apa. Luar biasa!!!!
Harga Mahal Sekantong Sampah
Reviewed by Unknown
on
Oktober 28, 2014
Rating:
Tidak ada komentar: